Wednesday, February 24, 2010

Bersyukur Atau Mengeluh


Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
~Tawarikh

“Bertahun-tahun saya berdoa agar diberikan pacar namun saya tidak juga memperolehnya,” kata seorang mahasiswa kepada saya. Ia juga menyatakan kekecewaannya kepada Tuhan. “Tuhan seakan cuek dan tidak mendengarkan doa saya,” keluhnya. Lain lagi kisah seorang teman yang bertahun-tahun berdoa meminta kekayaan (materi) kepada Tuhan namun ia tidak juga memperolehnya. “Padahal saya telah berniat untuk mendirikan panti asuhan dan membangun rumah ibadah kalau saya jadi orang kaya. Ini kan niat yang mulia.” katanya. Lambat-laun ia kemudian merasa kalau hidupnya tidak diberkati. Benarkah demikian?

Secara pribadi, saya dan istri saat-saat sekarang ini benar-benar diingatkan kembali oleh Tuhan mengenai satu pelajaran yang amat berharga yakni mengenai berkat Tuhan yang hampir tidak pernah kita syukuri yaitu kesehatan. Kami baru benar-benar menyadari betapa berarti dan mahalnya kesehatan bagi hidup seseorang. Tidak heran seorang sahabat pernah menasihati saya, ”Kamu tidak akan pernah memahami apa arti kesehatan yang sesungguhnya sampai kamu benar-benar sakit!”

Tiga tahun hidup berumah tangga tanpa kehadiran seorang anak terkadang membuat kami merasa kesepian. Suatu ketika, saya pernah punya rencana untuk mengadopsi anak terlantar atau anak yang orang tuanya kurang mampu (sampai sekarang pun saya masih punya impian agar bisa menyekolahkan 3.000 anak yatim piatu suatu hari nanti). Kami terus berdoa agar dikarunia anak. Kami sangat percaya, kalau Tuhan memang menghendaki hal tersebut tentu kami akan menerimanya. Hanya kami perlu bersabar agar semuanya bisa indah pada waktunya.

Siapa sangka jika di tahun ketiga pernikahan kami, istri saya mengandung. Dan, tepat 20 Desember 2005 lalu, putri pertama kami, Priscilla Natali Winarto lahir melalui operasi caesar. Beratnya saat lahir hanya 1,6 kg. Priscilla terpaksa dilahirkan lebih dini (prematur, 34 minggu) karena air ketuban dalam kandungan ibunya kurang. Secara medis, hal ini terpaksa dilakukan demi menjamin keselamatan sang bayi. Kami begitu bersyukur atas anugerah terindah ini dan kami berjanji kepada Tuhan akan mengasihi Priscilla tanpa syarat (unconditional love). Kami berjanji akan mendidik dia sebaik-baiknya.

Sebulan lebih telah berlalu, namun Priscilla belum juga boleh kami bawa pulang. Ia masih dirawat di inkubator Rumah Sakit St. Borromeus Bandung karena ada masalah pada salah satu pembuluh darahnya di dekat jantung. Inilah yang membuat Priscilla bernapas dengan ritme yang cepat, tidak seperti bayi normal lainnya. Kami sering kasihan melihat dia. Apalagi selama beberapa pekan dia harus disuntik beberapa kali sehari. Belum lagi, ia harus bernapas dengan menggunakan bantuan selang oksigen (tentu oksigen yang dihirupnya harus dibayar. Bandingkan dengan kita yang menerimanya secara cuma-cuma). Priscilla kemudian sempat menjalani operasi. Saat itu usianya baru 41 hari dan berat badangnya baru 2,1 kilogram. Puji Tuhan, semua berjalan lancar dan Priscilla sembuh.

Dalam situasi apa pun, kami belajar untuk tetap bisa bersyukur. Berat badan Priscilla relatif terus naik. Dia semakin aktif dan semakin lucu. Tidak pernah sehari pun kami tidak melihatnya tersenyum. Priscilla sangat murah senyum.

Kami percaya bahwa Tuhanlah yang memberi dan Tuhan pula yang akan mengambil. Kalau Priscilla memang dipercayakan kepada kami untuk dirawat dan dibesarkan maka kami akan melakukan yang terbaik. Kerap dalam doa, kami berkata, ”Tuhan... ajari kami untuk tetap percaya bahwa kehendak-Mu adalah yang terbaik.” Doa itu hampir selalu membuat kami meneteskan air mata. Bahkan, pada saat saya menulis alinea ini, mata saya menjadi berkaca-kaca.

Saya menulis artikel ini bukan untuk membuat Anda sedih atau meminta dikasihani. Sama sekali tidak! Namun pegalaman yang kami alami ini membuat kami semakin menyadari arti berkat Tuhan dan mensyukurinya. Hal ini membuat kami semakin mengerti arti kesehatan. Banyak orang yang senantiasa mengeluh dan merasa hidupnya tidak diberkati. Barangkali ia berpikir berkat selalu identik dengan uang atau materi. Namun pengalaman kami ini sungguh mengajarkan kami mengenai berkat-berkat lain yang hampir tidak pernah kita syukuri. Bagaimana menurut Anda? ***

Sumber: Bersyukur Atau Mengeluh oleh Paulus Winarto. Paulus Winarto adalah pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa.

from: Facebook Orang Blitar

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 All Rights Reserved | Super Template by Ilmu Komputer | Modified by Ilmu Grafis | Original Wordpress theme by Ahli Desain