Wednesday, January 27, 2010

Ayam dan Bebek

0 comments

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah
hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam.

Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka
mendengar suara di kejauhan: "Kuek! Kuek!"

"Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam."
"Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami.
"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.
"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!',
bebek itu 'kuek! kuek!'
Itu bebek, Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal
kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.
"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.
"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari
menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu a... da... lah... be... bek, B-E-B-E-K. Bebek!
Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.
"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.
"Itu jelas-jelas bue... bek, kamu... kamu...."

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan
sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.
Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam...."
Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya,
dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya.

Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra,
"Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."
"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.
"Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih
yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.

Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan
sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek"?
Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi
prioritas kita.
Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang
benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak
bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah? Lho, siapa
tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Nuhan Wahyudi (Facebook Orang Blitar) Continue Reading

Thursday, January 14, 2010

JENDELA

0 comments

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah
kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang
mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk
mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada
tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria
yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka
membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di
ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di
perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar
jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua
merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya
semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan
angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan
perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah
taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat
kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil,
sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua
keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam
menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi
lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan
tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak
dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui
pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan
kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia
mendapati ternyata pria yang berbaring
di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.
Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya
ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar
ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu
menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu
ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam
kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun.
Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa
senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan
itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di
samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria
yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang
luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa
sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat
tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah
kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang
mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk
mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada
tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria
yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka
membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di
ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di
perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar
jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua
merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya
semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan
angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan
perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah
taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat
kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil,
sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua
keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam
menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi
lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan
tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak
dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui
pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan
kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia
mendapati ternyata pria yang berbaring
di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.
Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya
ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar
ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu
menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu
ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam
kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun.
Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa
senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan
itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di
samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria
yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang
luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa
sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat
tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Dari : Nuhan Wahyudi (Facebook Orang Blitar) Continue Reading

 

Copyright 2010 All Rights Reserved | Super Template by Ilmu Komputer | Modified by Ilmu Grafis | Original Wordpress theme by Ahli Desain