Thursday, January 14, 2010

JENDELA


Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah
kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang
mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk
mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada
tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria
yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka
membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di
ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di
perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar
jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua
merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya
semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan
angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan
perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah
taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat
kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil,
sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua
keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam
menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi
lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan
tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak
dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui
pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan
kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia
mendapati ternyata pria yang berbaring
di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.
Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya
ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar
ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu
menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu
ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam
kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun.
Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa
senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan
itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di
samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria
yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang
luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa
sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat
tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah
kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita suatu penyakit yang
mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk
mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada
tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria
yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka
membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di
ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di
perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar
jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua
merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya
semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan
angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan
perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah
taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi.
Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat
kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil,
sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua
keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam
menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi
lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan
tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak
dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui
pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan
kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia
mendapati ternyata pria yang berbaring
di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.
Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya
ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar
ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu
menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu
ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam
kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun.
Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa
senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan
itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di
samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria
yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang
luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa
sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat
tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
Dari : Nuhan Wahyudi (Facebook Orang Blitar)

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright 2010 All Rights Reserved | Super Template by Ilmu Komputer | Modified by Ilmu Grafis | Original Wordpress theme by Ahli Desain